Stop Comparing yourself to Others
“kok orang-orang hidupnya happy terus ya? lulus kuliah langsung kerja, masih bisa traveling, sehari -hari updatenya nongkrong di coffee shop”
Secara sadar atau tidak ternyata kita sering membandingkan diri kita dengan orang lain, hayo ngaku? Terlebih di era sekarang paparan informasi yang masif jika tidak diimbangi dengan kebijakan si pengguna akan banyak menimbulkan kerugian. Selain rugi karena sudah wasting time scrolling timeline yang terkadang isinya konten-konten nirfaedah, lebih rugi dari pada itu adalah kerugian secara psikologis.
Sebenernya sifat membandingkan diri sendiri dengan orang lain itu naluriah, manusia melakukannya karena ada kebutuhan untuk menilai diri sendiri. Jadi kaya tolok ukur pencapaian atau apakah kita on the track gak sih, nah salah satu caranya yang social comparison. Jika dulu kita membandingkan diri kita dengan figur yang kita lihat secara langsung dari sekitar atau melihat dari televisi saja. Di era saat ini kita membandingkan diri ketika sedang berselancar di berbagai platform bisa itu facebook, twitter apalagi instagram.
Social Comparison Theory pertama kali dirumuskan oleh Leon Festinger bahwa kebutuhan manusia akan menilai diri sendiri menimbulkan proses saling mempengaruhi dan perilaku bersaing dilingkungan sosial. Setiap orang memiliki dorongan untuk mengevaluasi diri dengan membandingkan kemampuan, pencapaian, sifat bahkan pendapat. Jadi melakukan perbandingan sosial itu sah dan wajar aja kok, tapi yang jadi masalah adalah ketika intensitas melakukan perbandingan diri yang terlalu sering bikin kita jadi gak fokus sama diri kita, mengganggu pikiran dan menjadi perilaku negatif.
Nah dalam teori social comparison ini ada dua cara yaitu membandingkan diri dengan level yang lebih tinggi yang disebut Upward Social Comparison yaitu melakukan perbandingan dengan orang lain yang diatas kita baik secara skill, kehidupan, wawasan, pendidikan, materi dan fisik. Tujuannya adalah memotivasi untuk kemudian melakukan self improvement, misalnya aja saya suka nih follow akun-akun dengan konten yang isinya photography, seni atau fashion yang berarti saya kerap kali melakukan perbandingan dengan mereka untuk mengimprove skill dan menambahkan referensi saya dalam memotret atau berpakaian. Tapi apa yang terjadi jika dilakukan secara berlebihan atau tidak terkontrol? ya tentunya perasaan inferior, gak puas dengan kehidupan sendiri, self confident berkurang dan insecure sudah pasti. Selanjutnya adalah membandingkan diri dengan level yang lebih rendah yang disebut Downward Social Comparison ketika seseorang melihat orang lain yang dipandang lebih rendah dibandingkan dirinya sehingga membuat dirinya menjadi lebih baik. Perbandingan ini bermanfaat sebagai self evaluation, meningkatkan self esteem atau keberhargaan diri, membuat kita menjadi lebih percaya diri, mengurangi stres, mempengaruhi satisfaction of life dan jadi bersyukur. Penting untuk kita mengetahui motivasi dalam menggunakan sosial media agar manfaatnya bisa kita dapatkan secara maksimal.